Bersyukur Atas Nikmat Allah akan Menambah Nikmat Hidup Dunia Akhirat

Allah Subhanahu Wa Ta'ala memberikan peringatan kepada manusia untuk selalu bersyukur atas nikmat yang telah diberikan kepada manusia.

Surat Ibrahim : ayat 7

bersyukur atas nikmat dari Allah


wa-idz ta-adzdzana rabbukum la-in syakartum la-aziidannakum wala-in kafartum inna 'adzaabii lasyadiid

artinya :

Dan (ingatlah juga), tatkala Tuhanmu memaklumkan; "Sesungguhnya jika kamu bersyukur, pasti Kami akan menambah (nikmat) kepadamu, dan jika kamu mengingkari (nikmat-Ku), maka sesungguhnya azab-Ku sangat pedih".


Kekayaan yang Sesungguhnya

Melalui sudut pandang Agama, manusia akan meyakini bahwa kekayaan yang hakiki tidak selalu berwujud harta benda. 

Kekayaan yang sebenarnya tidak selalu diukur dengan besarnya angka decimal berapa uang yang Anda simpan ditabungan atau investasi. 

Seorang hamba ketika mampu menekan hawa nafsunya, selalu bersikap menerima dan mensyukuri apa yang ada justru Rasulullah Shallallahu ‘alaihi wa sallam menyatakan sebagai kekayaan yang sesunguhnya.

Dari Abu Hurairah, Nabi bersabda, “Kekayaan bukanlah banyak harta benda, akan tetapi kekayaan adalah kekayaan hati.” 
(Hadis riwayat Bukhari Muslim)

Ibnu Baththal berpendapat, “Hadis diatas bermakna bahwa kekayaan yang hakiki bukan pada harta yang banyak. Karena, banyak orang yang Allah luaskan hartanya namun ia tidak merasa cukup dengan pemberian itu, malahan ia terus bekerja untuk menambah hartanya hingga ia tidak peduli lagi dari mana harta itu didapatkan. Maka sesungguhnya ia orang miskin, disebabkan karena ambisinya yang sangat besar.”

Maka oleh karena itu kekayaan sesungguhnya adalah kekayaan jiwa. Orang yang merasa cukup dengan pemberian Allah, tidak terlalu berambisi untuk menambah hartanya dan terus-menerus mencarinya, maka berarti ia orang yang kaya”

Al-Qurthubi berpendapat, “Hadis diatas bermakna bahwa harta yang bermanfaat, agung dan terpuji adalah kekayaan jiwa.”

Dengan demikian, dapat diambil kesimpulan bahwa tidaklah selalu harta benda yang banyak itu mendatangkan kebahagian, kebaikan dan kesenangan bagi pemiliknya. Kekayaan yang sebenarnya adalah sesuatu yang manusia rasakan dalam hatinya. Hatilah yang menentukan seorang manusia menjadi senang atau sengsara, kaya atau miskin dan bahagia atau sedih. Pangkalnya ada dalam hati.

Hati yang takut kepada azab Allah, beriman, penuh rasa syukur dan cinta kepada Pemilik dan Pemberi rizki sebenarnyalah yang akan memperoleh kebaikan dan kebahagiaan dari harta yang dimilikinya, sebesar apapun harta tersebut.

Rasulullah Shallallahu ‘alaihi wa sallam bersabda, “Barangsiapa yang dunia adalah ambisinya, maka Allah akan menghancurkan kekuatannya, menjadikan kemiskinan di depan matanya dan dunia tidak akan datang kepadanya kecuali apa yang telah Allah takdirkan. Dan barangsiapa akhirat adalah tujuannya, maka Allah akan menguatkan urusannya, menjadikan kekayaannya pada hatinya dan dunia datang kepadanya dalam keadaan tunduk.” (HR Ibnu Majah)

Semoga Allah mengaruniakan kepada kita semua hati yang kaya, hati yang selalu bergantung dan bersandar kepada Dzat yang Maha Kaya.