Jika Banser Bakar Bendera Tauhid Apakah Banser Salah
Di jagat maya medsos dan pemberitaan dihebohkan oleh pembakaran bendera HTI oleh Banser yang menurut kelompok Khilafah bendera ini adalah panji Rasulullah SAW, apakah benar demikian?
Secara umum, kualitas hadits bendera hitam bertulis “La Ilaha Illallah Muhammad Rasulullah” adalah dhaif (lemah), baik riwayat At-Thabarani ataupun Abu Syekh. Hadits bendera hitam juga dikategorikan dhaif oleh Ibn ‘Adi dan termasuk salah satu dari sekian banyak hadits dhaif yang terdapat dalam kitab Al-Kamil fi Dhu’afa’ir Rijal.
Setelah mengetahui kualitas hadits, pertanyaan berikutnya adalah bagaimana pengamalannya, apakah hadits tersebut wajib diamalkan atau tidak. Dalam bahasa lain, apakah hadits bendera Rasulullah itu bermuatan syariat atau tidak. Kalau dipahami sebagai bagian dari syariat berarti wajib diamalkan. Sementara kalau bukan bagian dari syariat, tidak wajib diamalkan.
Berdasarkan dua indikator ini dan sekaligus merujuk pada fakta sejarah, bendera bukanlah bagian dari syariat karena sudah ada sebelum kedatangan Islam dan digunakan oleh semua pasukan perang baik Muslim ataupun non-Muslim. Bahkan dalam pandangan Ibnu Khaldun, memperbanyak bendera, memberi warna dan memanjangkannya, hanya semata-mata untuk menakuti musuh dan kepentingan politik suatu pemerintahan.
Kendati Rasulullah menggunakan warna dan bentuk bendera tertentu, bukan berati model bendera Rasulullah ini mesti diikuti oleh setiap umat Islam sehingga negara yang tidak sesuai warna benderanya dengan bendera Rasulullah dianggap tidak mengikuti sunah Nabi. Karena pada hakikatnya, persoalan warna dan bentuk bendera bukan bagian dari agama yang bersifat ibadah (ta’abbudi), seperti halnya shalat, puasa, dan ibadah mahdhah lainnya, tetapi termasuk urusan muamalah yang identik dengan perubahan dan perkembangan.
Salah satu pegiat medsos Denny Siregar juga menanggapi hal ini, pada momen hari santri di Garut, mendadak viral beberapa anggota Banser membakar bendera bertuliskan kalimat tauhid.
Bendera itu diambil dari salah satu peserta yang membawanya. Selain itu Banser NU juga mengambil ikat kepala yang bertuliskan kalimat yang sama. Tindakan itu memang terlihat emosional, tetapi pertanyaannya, salahkah Banser NU?
Sejak awal Banser bertarung dijalan menghadang pentolan2 HTI yang ingin mendirikan khilafah di negeri ini. Dan dari apa yang terjadi di lapangan, HTI selalu membawa bendera kalimat tauhid yang mereka klaim sebagai bendera Rasulullah.
Jadi jangan salahkan Banser ketika pada hari santri mereka melihat bendera yang sama masuk dalam barisan mereka, dengan pongah berkibar seakan-akan menantang kuatnya barisan Banser NU. Ini jelas memprovokasi mereka dan anggota Banser bertindak spontan dengan merampas kemudian membakarnya.
Seharusnya aparat jangan hanya melihat pembakaran bendera itu saja, tetapi juga melihat bahwa ada orang-orang yang mencoba memprovokasi Banser dengan mengibarkan bendera yang sudah dianggap Banser NU identik dengan HTI.
Banser juga pasti akan bertindak hal yang sama jika yang dikibarkan adalah bendera yang bertuliskan kalimat tauhid yang sering dikibarkan ISIS. Masak Banser harus diam jika bendera tauhid ISIS dikibarkan di depan mereka?
Masih untung yang membawa bendera yang dirampas Banser itu tidak digebuk. Lha, kok nantang kibarkan bendera yang identik dengan HTI di depan hidung Banser yang sedang merayakan hari santri.
Banser NU memang penjaga negeri paling depan dalam menghajar ajaran-ajaran radikal berbendera Islam. Kalau tidak ada Banser, HTI sudah lama mewabah di negeri ini karena mereka berlindung dibalik agama Islam. Dan atas usulan keluarga besar NU lah, HTI dibubarkan.
Jadi paham kan, kenapa HTI dendam sekali dengan Banser dan mencoba memprovokasi mereka untuk dipelintir dengan fitnah?
Ketika berbincang dengan Gus Yaqut, Ketum Ansor sekaligus panglima tertinggi Banser NU, ada statemen yang membuat saya khawatir sebenarnya. “Yang kami takutkan bukan HTI, tetapi memegang kendali anggota Banser yang berjumlah jutaan supaya tidak terprovokasi mereka. Seandainya kendali para anggota tidak kuat dipegang Banser, entah apa yang terjadi pada mereka yang jumlahnya jauh lebih kecil tapi berisik itu..”
Banser NU itu ibarat singa. Diam tapi menakutkan. Sedangkan HTI ibarat anjing yang menggonggong dihadapan dan berusaha memprovokasi, tapi baru di kibas sedikit terkaing-kaing merasa di zolimi. #KamiBersamaBanserNU. Seruput dulu kopinya. (SFA)
Source : Denny Siregar