Memanipulasi di Hari Santri
Oleh : Amin Mudzakkir
Hari santri ditetapkan sebagai peringatan terhadap Resolusi Jihad yang dikeluarkan oleh KH Hasyim Asy'ari. Resolusi ini merupakan respons terhadap kehadiran tentara Inggris--sebagai bagian dari tentara sekutu--di Surabaya di bawah pimpinan Jenderal Mallaby yang ternyata membonceng tentara Belanda. Dari sini peristiwa 10 November yang terkenal itu bermula.
Sementara itu Hizbut Tahrir adalah organisasi trans-nasional yang sekarang dilarang di mana-mana, termasuk di negara-negara Muslim sendiri. Namun organisasi ini dibolehkan di Inggris, bahkan London dijadikan pusat pergerakannya. Publik Inggris sendiri terbelah suaranya menanggapi hal ini. Ada dugaan kepentingan intelejen setempat bermain di sini.
Kemarin Hizbut Tahrir Indonesia (HTI) bikin kisruh. Organisasi terlarang ini mengibarkan benderanya di tengah peringatan hari santri di Garut. Jelas saja Banser NU marah. Tujuan mereka untuk memancing emosi umat cukup berhasil.
Ada seorang teman memberikan tafsir. Bagaimana Banser NU tidak marah dengan tindakan HTI; itu seolah-olah membangunkan kembali sosok Jenderal Mallaby di antara para santri yang sedang berjihad membela negeri. Bagi teman saya itu, apalah HTI kecuali antek Inggris belaka.
Tetapi harus diakui Hizbut Tahrir pandai memanipulasi emosi umat. Mereka menciptakan bendera yang mengingatkan orang pada kalimat tauhid. Seolah-olah melawan HTI adalah melawan Islam. Sebagian umat termakan manipulasi yang telah tercatat lama dalam sejarah ini. Sebagian umat lupa peristiwa dalam Perang Shiffin ketika Al-Qur'an diangkat tinggi hanya untuk mengelabui tentara Ali. Kaum khawarij yang merupakan kakek moyang Islam radikal lahir dari aksi manipulatif ini.
Amin Mudzakkir ( FB )