Spiritual Power dalam Terapi Seft Technique

Spiritual Emotional Freedom Technique disingkat SEFT adalah teknik terapi yang mengkombinasikan antara energy psychology dengan spiritual power. Terbukti dengan menggabungkan unsur spiritual di EFT (versi asli dari SEFT yang dikembangkan Gary Caig), SEFT lebih power full, jauh lebih cepat dalam penyembuhan dibandingkan versi aslinya EFT.

Apa Beda SEFT dengan EFT ?

Bukankah 90% isi SEFT adalah EFT ? Apabila yang dimaksud 90 % itu titik-titiknya, memang iya. Namun, perlu diketahui hampir semua teknik energy psychology yang memakai tapping, dari mulai TFT-nya Roger Callahan, EFT-nya Gary Craig, PET-nya Steve Wells & David Lake; Menggunakan titik tapping yang sama. Karena sejak 5000 tahun yang lalu titik-titik tersebut sudah digunakan oleh acupuncture, moxa, akupresur, dsb.

Kemudian apa yang membedakan teknik satu dengan yang lainnya ?
Proses yang dilakukan sambil mentapping itulah membedakan EFT, TFT, PET, SEFT dan teknik-teknik Tapping Energy Pscychology Based. Disinilah SEFT sangat berbeda dengan EFT, TFT, PET atau teknik energy psychology yang lain. Berikut ini perbedaannya :
  • Basic Philosophy
    [ EFT ]
    Self Centered – Asumsi Kesembuhan berasal dari diri saya sendiri, begitu saya bisa menerima diri saya…
    [ SEFT ]
    God Centered – Asumsi Kesembuhan berasal Tuhan, begitu saya bisa ikhlas dan pasrah
  • SET UP
    [ EFT ]
    Eventhoug I have this pain… I deeply profound and accept my self…
    Walaupun Saya sakit ini… saya terima diri Saya sepenuhnya…
    [ SEFT ]
    Yaa Allah.. walaupun saya sakit ini… saya ikhlas menerima sakit saya ini, saya pasrahkan kesembuhannya kepada-Mu…
  • Sikap Saat Tapping
    [ EFT ]
    EFT dilakukan dalam suasana santai, karena fokusnya pada diri sendiri.
    [ SEFT ]
    SEFT dilakukan dengan penuh keyakinan bahwa kesembuhan datangnya dari tuhan, kekhusyukan, keikhlasan, kepasrahan dan rasa syukur
  • Tune-In
    [ EFT ]
    EFT dengan menyebut detail masalahnya. Sakit kepala ini, rasa pedih ini, dan seterusnya…
    [ SEFT ]
    SEFT tidak terlalu fokus pada detail masalahnya, cukup lakukan 3 hal bersamaan :
    1. Rasakan sakitnya
    2. Fokuskan pikiran ke tempat sakit
    3. dan iklhaskan dan pasrahkan kesembuhan sakit itu pada Tuhan
  • Tapping
    [ EFT ]
    EFT menggunakan 7 atau 14 titik
    [ SEFT ]
    SEFT menambahkna titik2nya hingga 18 titik
  • Unsur Spiritual
    [ EFT ]
    Tidak ada
    [ SEFT ]
    90% penekanan pada unsur spiritualitas
  • Teknik yang terlibat
    [ EFT ]
    - Neouro Linguistic Programming - Behavioral Therapy – Psychoanalisa -Eye Movement Desenzitization Reprocessing -Sugesty & Afiirmasi – Visualization -Gestalt Therapy -Energy Therapy
    [ SEFT ]
    Semua teknik yang terlibat dalam EFT dan ditambah :
    -Logotherapy -Sedona Method – Ericksonian Hypnosis -Provocative Therapy -Trancendental Relaxation & Meditation -Powerful Prayer
Spiritual Power dalam Terapi Seft Technique
ilustrasi : Youtube

Mengapa dengan Do’a dan spiritualitas bisa membantu penyembuhan ?


Larry Dossey MD, seorang ahli penyakit dalam yang melakukan penelitian ekstensif tentang efek do’a terhadap kesembuhan pasien. Penelitian yang sempat mengguncang dunia kedokteran barat ini dijelaskan secara rinci dan meyakinkan dalam bukunya The Healing Words: The Power of Prayer and The Practice of Medicine.

Kisah Kekuatan Affirmasi , Spiritual Power
Berikut adalah kisah nyata bagaimana dia bisa survive dari penyakit ganas yang dideritanya hanya dengan mengandalkan kekuatan tekad dan sugestinya, membuat affirmasi yang sangat kuat dan positif terhadap apa yang diinginkannya dalam hidup ini dan yang utama selalu berbaik sangka dan percaya pada kekuatan dan pertolongan Allah SWT Yang Maha Rahman dan Maha Rahim.
Dia menderita suatu penyakit  yang mengakibatkan rasa sakit yang luar biasa.pada kekuatan dan pertolongan Allah SWT Yang Maha Rahman dan Maha Rahim.
Dia menderita suatu penyakit  yang mengakibatkan rasa sakit yang luar biasa. Pemeriksaan demi pemeriksaan intensif telah dilakukan oleh dokter, hingga suatu hari memvonis bahwa dirinya menderita kanker (Ca) diujung tulang belakang. Dokter memberinya harapan hidup lebih lama dengan syarat biang penyakitnya dibuang, tapi dengan konsekuensi bahwa bila syaraf ikut terpotong, kemungkinan terburuk adalah lumpuh bagian bawah tubuh. Dilema yang dihadapinya membuat pikiran dan perasaan dalam hatinya bertempur kuat, harus memilih antara dua hal, yang keduanya tidak menguntungkan, seperti makan buah simalakama; hidup panjang tapi lumpuh tanpa dayaseperti parasit yang berarti membuat orang-orang lain terutama keluarganya ikut berkorban dan tersiksa dalam waktu yang lama, di lain pihak kalau tidak melakukan apapun pilihannya hanya satu, kematian, yang mungkin akan menyakitkan bagi keluarga, tapi beban semua orang bisa berakhir.
Dalam usahanya mencapai kesembuhan, dia telah melakukan berbagai macam cara. Tanpa mengenyampingkan respect terhadap dokter yang telah merawatnya sebelumnya, dia pergi mencari second option ke Australia.
Disana dia menjaani hari-hari berat seorang diri melalui berbagai macam test dan kemo terapi, seringkali dia merasa dirinya tenggelam dan terseret dalam keputus-asaan, namun suatu hari sesuatu mengubah jalan hidupnya, dia menerima sepucuk surat dari orang tercinta di tanah air yang diantaranya menceritakan bagaimana gadis kecilnya, anaknya yang berumur 3 tahun amat merindukannya, tiap melihat pesawat terbang selalu memanggil –manggil ayahnya dan dengan bahasa lugunya bertanya; “Kenapa papa tidak pernah turun, apakah dia sudah tidak sayang lagi padaku?”
Saat itu ada perasaan sejuk membanjiri hatinya, menghunjamkan rasa haru sekaligus kekuatan yang dahsyat , entah dari mana datangnya tiba-tiba muncul dalam hatinya seperti suatu titik putih jernih yang indah, yang kian lama kian membesar dalam hatinya. Sinar itu menuntnnya pada suatu kekuatan yang membuatnya perlu bangkit dari cengkeraman keputus-asaan yang sama sekali berbeda dari dua opsi sebelumnya; “dia harus tetap bisa hidup, dengan sehat dan tegar tanpa menyusahkan orang lain”.
Tanpa berpikir panjang lagi, dia kembali ketanah air, bukan karena sembuh tetapi lebih kepada kerinduan untuk berjumpa dengan gadis kecilnya, rindu untuk memeluknya erat-erat di dadanya, merasakan degup kehidupan kekasih kecilnya dan merasakan kasih sayangnya yang begitu putih, tulus dan murni.  Disitu dia merasa harus terus dihidup, bertahan terhadap apapun, untuk mendampingi dan dan membesarkannya. Disitu pula dia sadar bahwa kekuatan sebuah kasih sayang yang murni ternyata mampu mengubah banyak hal negative dalam hidup ini. Dia yakin bahwa itu adalah sebuah petunjuk baginya, Allah SWT telah menunjukkan wajah Rahman Rahimnya melalui anaknya, seolah-olah gadis kecilnya itu telah membimbingnya pada suatu pemahaman mengenai kekuatan sebuah tekad, keikhlasan dan kasih saying. Disitulah dia menemukan hakikat kehidupan yang hakiki, bahwa dalam kehidupan ini semua bersumber dari dua sifat Allah SWT yang utama; Rahman dan Rahim’.
Sejak itu asma Rahman dan Rahim begiru lekat dihati dan bibirnya, menjadi wiridnya disetiap waktu, yang sangat membuatnya merasa tenteram, nyaman dan damai.
Kemudian melalui pengamatannya, setiap kali dia merasa dekat pada-Nya, hati merasa tenteram, aman dan damai, seolah olah penyakitnya tidak berdaya, rasa sakit yang mengoyak-ngoyaknya berhenti menggangu. Dia segera sadar, dia tidak boleh membiarkan pikiran-pikiran negative merasukinya, tidak boleh membiarkan pikiran negative merasukinya, tidak boleh membiarkan dirinya terseret pada emosi-emosi negatifnya yang ekstrim, karena begitu dia membiarkan emosi-emosi tersebut menguasainya, penyakit tersebut akan menggeliat kembali.
Dengan membulatkan tekad, dia ‘membuat suatu affirmasi’ bahwa dia akan hidup lama dan sehat, dia akan bisa mendampingi anaknya tumbuh dewasa, sambil tidak lupa berpasrah diri, bersandar pada-Nya dan mencintai-Nya untuk mengatasi keresahan dan ketakutan, mengatasi kegetirannya.
Sesuai apa yang dikatakan oleh Dr John Jagelin Ph.D A.B Ma, Quantum Physicist, bahwa ; tubuh kita adalah produk sebenarnya dari pemikiran kita. Dalam ilmu kedokteran, ada suatu tahap dimana pikiran dan emosilah yang sebenarnya menentukan zat-zat, struktur fisik dan fungsi dari tubuh kita.”
Dengan catatan bahwa seseorang tidak perlu mengenyampingkan ilmu kedokteran, karena setiap bentuk pengobatan mempunyai tempat mereka masing-masing.
23 Tahun telah berlalu…, sejak divonis menderita Ca, pria itu masih perkasa berdiri dikedua kakinya yang tegar “meyakini kekuatan pikiran, tekad dan kemauannya untuk hidup, ikhlas dan berserah diri kepadaNya, melalui kepercayaan, kasih saying, harapan dan doa padaNya, Insya Allah Yang Maha Rahman Maha Rahim akan selalu menolongnya dari kesulitan dan member kemudahan2.”
Dia Selalu percaya : Sometimes Allah SWT breaks our spirit to save our soul, He breaks our heart to make us whole, He sends us pain so we can be stronger, He breaks our heart to make us whole, He sends us illness so we can take care of urselves.”
May God bless him and his family, always.
(Tabloid Sadulur)